Minggu, 15 Maret 2020

MATERI PEMBELAJARAN BK KLASIKAL UNTUK SISWA KELAS 8 A DAN 8 B PERTEMUAN MINGGU KE-3 BULAN MARET TAHUN 2020(HOME LEARNING)

MATERI PEMBELAJARAN BK KLASIKAL UNTUK SISWA KELAS 8 A DAN 8 B PERTEMUAN MINGGU KE-3 BULAN MARET TAHUN 2020
(HOME LEARNING)


Kesadaran Gender

Tuhan menciptakan manusia dalam dua jenis, yaitu laki-laki dan perempuan. Laki-laki dan perempuan pada dasarnya sama. Hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan itulah yang dinamakan dengan jenis kelamin. Jadi, jenis kelamin merujuk pada hubungan antara laki-laki dan perempuan, anak laki-laki dan anak perempuan, dan bagaimana hubungan tersebut dilihat berdasarkan sifat  kodrat.

Pengertian gender tidak didasarkan pada sifat kodrat manusia. Gender adalah konsep hubungan sosial yang membedakan kedudukan, fungsi, dan peran antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Gender dibentuk dan berkembang  seiring dengan budaya masyarakat.

Gender bukan bawaan sejak lahir.Tiap-tiap masyarakat memiliki perkembangan budayanya sendiri, demikian pula dalam perkembangan budaya bangsa Indonesia. Pemahaman gender di Indonesia tentulah akan sejalan dengan perkembangan budaya bangsa Indonesia. Oleh karena itu, pemahaman dan kesadaran gender bersifat dinamis dan dapat berbeda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain.

Kesadaran gender bararti meletakan kedudukan, fungsi, dan peran antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat secara sejajar. Misalnya dalam keluarga, maka setiap anggota keluarga bertanggung jawab atas kebersihan dan kerapian rumah tempat tinggalnya. Anak laki-laki atau anak perempuan, keduanya bisa menjaga kebersihan dan kerapian rumah tempat tinggalnya. Di sekolah, laki-laki atau perempuan sama-sama dapat menjadi guru. Dalam masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan dapat mengambil peran yang berguna bagi sesama manusia lainnya
.
Pengertian Gender
Kata Gender berasal dari bahasa Inggris yang berarti jenis kelamin (John M. echols dan Hassan Sadhily, 1983: 256).Secara umum, pengertian Gender adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku.Dalam Women Studies Ensiklopedia dijelaskan bahwa Gender adalah suatu konsep kultural, berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.
Heddy Shri Ahimsha Putra (2000) menyatakan bahwa istilah Gender dapat dibedakan ke dalam beberapa pengertian berikut ini: Gender sebagai suatu istilah asing dengan makna tertentu, Gender sebagai suatu fenomena sosial budaya, Gender sebagai suatu kesadaran sosial, Gender sebagai suatu persoalan sosial budaya, Gender sebagai sebuah konsep untuk analisis, Gender sebagai sebuah perspektif untuk memandang kenyataan. Gender dalam Wikipedia bahasa Indonesiamenyaakan bahwa gender merupakan aspek hubungan sosial yang dikaitkan dengan diferensiasi seksual pada manusia. Gender dipahami sebagai suatu konsep mengenai peran laki-laki dan perempuan di suatu masa dan kultur tertentu yang dikonstruksi. Hal ini merupakan hasil bentukan ketentuan kehidupan bersosial bukan biologis.Gender mengacu ke peran perempuan dan laki-laki yang dikonstruksi secara social.Peran tersebut dipelajari berubah dari waktu ke waktu dan beragam menurut budaya dan antar budaya.
Gender sebagai konsep yang mengacu pada peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan yang terjadi akibat dari dan dapat berubah oleh keadaan social dan budaya masyarakat. Caplan ( 1987 ) dalam The Kultural Construction of Sexuality menyaakan  bahwa perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan selain biologis, sebagian justru terbentuk melalui proses budaya dan social. Oleh karena itu watak social dan budaya selalu mengalami perubahan dalam sejarah, gender juga berubah dari waktu ke waktu, dari suatau tempat ke tempat yang lain. Sementara jenis kelamin sebagai kodrat Tuhan dan tidak dapat mengalami perubahan dengan konsekuensi-konsekuensi logisnya.Adapun ideology gender adalah segala aturan, nilai, mitos, sterotipe yang mengatur hubungan laki-laki perempuan yang didahului oleh pembentukan identitas feminism dan maskulin.
Jenis kelamin lebih menunjukkan pada dimensi biologis dari menjadi laki-laki atau perempuan. Sementara gender menunjukkan dimensi sosial dari menjadi laki-laki atau perempuan. Dua aspek dari gender yang perlu diketahui adalah identitas gender dan peran gender. Identitas gender adalah suatu perasaan menjadi laki-laki atau perempuan, dimana hal ini kebanyakan diperoleh anak begitu ia berusia 3 tahun. Sedangkan peran genderberisi harapan-harapan yang menunjukkan bagaimana laki-laki atau perempuan harus berpikir, bertingkah laku, dan merasakan.
Di lain pihak stereotype gender diartikan sebagai seperangkat keyakinan (beliefs) tentang karakteristik yang sesuai menjadi perempuan dan laki-laki. Misalnya begitu anak perempuan lahir, orang tua cenderung memberikan perlakuan yang berbeda terhadap anak laki-laki maupun perempuan. Warna-warna tertentu lebih cenderung ditujukan untuk anak perempuan, sementara warna lain untuk laki-laki. Dengan berjalannya waktu, perbedaan ini juga tampak dalam gaya potongan rambut, baju, maupun jenis mainan. Selama masa perkembangannya, orang dewasa dan kelompok sebaya memberikan dukungan atas perbedaan ini. Anak laki-laki diyakini cenderung dominan, agresif, independen dan anak peremouan cenderung perhatian, sabar, tergantung.

Kesadaran Gender untuk Siswa SLTP :
• Pengenalan : Mengenal peran-peran sosial sebagai laki-laki atau perempuan.
• Akomodasi : Menghargai peranan diri dan orang lain sebagai laki-laki atau perempuan dalam kehidupan sehari-hari.
• Tindakan : Berinteraksi dengan lain jenis secara kolaboratif dalam memerankan peran jenis.

Secara harfiah, kata gender memang dapat dipertukar dengan kata sex yang berarti jenis kelamin, laki-laki dan perempuan. Namum dalam konteks sosiologi, gender tidak hanya merujuk pada perbedaan sex/biologis semata, tetapi lebih pada perbedaan sifat, peran, fungsi, dan status antara laki-laki, perempuan dan masyarakat marginal, berdasarkan relasi sosial budaya yang dipengaruhi oleh struktur masyarakat yang lebih luas. Perbedaan tersebut berkonsekuensi pada pembedaan pemenuhan kebutuhan yang spesifik antara laki-laki, perempuan dan masyarakat marginal namun masih dalam kerangka kesamaan hak. (Advokasi Perencanaan Penganggaran Responsif Gender Bagi Masyarakat Sipil).
Gender dalam bahasa inggris modern berarti satu diantara tiga jenis kata sandang dalam tata bahasa yang kurang lebih berkaitan dengan pembedaan jenis kelamin (atau ketiadaan jenis kelamin) yang membeda-bedakan kata benda menurut sifat penyesuaian yang di perlukan ketika benda-benda itu dipakai dalam suatu kalimat." (Kamus Bahasa Inggris Oxford/OED, 1932). Kata-kata benda dalam bahasa Inggris digolong-golongkan menurut gender maskulin, feminin atau netral. Peristilahan ini untuk merancang pembedaan perilaku, pembedaan universal dalam budaya-budaya kedaerahan. Gender membeda-bedakan tempat, waktu, alat-alat, tugas-tugas, bentuk-bentuk bicara, gerak-gerik dan persepsi yang dihubungkan dengan laki-laki dan yang dihubungkan dengan perempuan dalam kebudayaan. Asosiasi itu membentuk gender sosial karena ia secara khusus terikat pada tempat dan waktu tertentu.
Dari pengertian-pengertian di atas nampak bahwa tidak ada poin-poin atau hal-hal yang mendominasikan bahwa gender itu adalah perempuan. Gender adalah bentuk kontruksi sosial budaya dan dapat berubah sesuai perkembangan zaman.
Memahami hakikat gender berarti kita siap berlaku adil pada realitas laki-laki dan perempuan dan siap ikut serta dalam memperbaiki fenomena-fenomena kesenjangan yang tengah terjadi. Kesetaraan, itu yang saat ini buming diperjuangkan oleh aktivis-aktivis femenisme. Memperjuangkan hak-hak yang sama yang seharusnya tidak ada perbedaan dalam pembagiannya antara laki-laki dan perempuan. Menyetarakan bukan berarti kita harus menciptakan esensial yang sama antara laki-laki dan perempuan atau menyudutkan salah satu pihak. Namun lebih ke arah bagaimana kontruksi esensial tersebut memperoleh kesepakatan yang ideal. Artinya setiap laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama untuk memilih atau tidak memilih kesepakatan tersebut. Lebih mendalamnya lagi kesepakatan tersebut menggunakan konsep ideal. Konsep ideal disini bersifat universal namun dalam prakteknya harus menggunakan konteks lokal. Karena di dalamnya ada sebuah kearifan, budaya dan agama. Masalah dalam kesetaraan gender akan timbul ketika kita menerobos ketiga poin tersebut. Contoh, perempuan di kota akan dianggap hal biasa jika pulang kerja larut malam, namun tidak untuk perempuan di desa. Perempuan di desa akan menimbulkan pandangan-pandangan yang merusak norma dengan alasan-alasan tertentu jika bepergian atau pulang kerja larut malam. Begitu juga dengan fenomena yang terjadi dengan kaum maskulin. Laki-laki kota akan dianggap hal biasa jika duduk menyilangkan kedua kakinya. Namun tidak untuk beberapa pandangan orang lain yang telah tertanam dalam pikirannya bahwa hal tersebut adalah merupakan bentuk identitas perempuan. Ini adalah salah satu bentuk contoh kecil yang melatar belakangi gemparnya kampanye-kampanye "Mancriminate". Bicara gender harus adil dalam membahas kesetaraannya, anti patriakal, feminisme, dan juga maskulinis.
Dalam pembagiannya, kesadaran akan pemahaman gender terbagj menjadi 4, yaitu :
1.    Buta gender
Buta gender adalah suatu dimensi gender yang tidak dianggap, meskipun ada ruang yang jelas untuk pertimbangan tersebut. Tidak sesuai dengan kondisi, sama sekali tidak memperhatikan permasalahan yang ada, tidak punya pengetahuan dan kesadaran tentang perbedaan kondisi. Sebagai contohnya, seseorang yang percaya bahwa diskriminasi dan penindasan yang dialami oleh perempuan atau laki-laki adalah suatu dongengan belaka. Hal ini di sebabkan oleh kurangnya pelatihan, pengetahuan dan sensitifitas terhadap isu-isu gender, yang menyebabkan gambaran yang tidak lengkap situasi untuk mengatasi dan, akibatnya, gagal. 
2.    Bias gender
Merugikan salah satu jenis kelamin, ada pihak yang dirugikan sebaliknya ada yang diuntungkan. Sebagai contoh anggapan bahwa kaum perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin, serta tidak cocok untuk menjadi kepala rumah tangga, beranggapan bahwa semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggung jawab kaum perempuan. Konsekuensinya, banyak kaum perempuan yang harus bekerja keras dan lama untuk menjaga kebersihan dan kerapian rumah tangganya, mulai dari membersihkan dan mengepel lantai, memasak, mencuci, mencari air  untuk mandi hingga memelihara anak.
3.    Netral gender
Memperlakukan semua orang itu sama, mengangap semua kondisi sama dampaknya bagi laki-laki dan perempuan. Contoh pada saat penyusunan peraturan atau kebijakan pembangunan menganggap kebutuhan, peluang, hambatan dan akses antara laki-laki dan perempuan adalah sama sehingga tidak membutuhkan perlakuan yang berbeda seperti pembuatan tempat mandi yang dapat di gunakan oleh laki-laki maupun perempuan atau tidak adanya fasilitas gerbong kereta api yang mengkhususkan untuk ibu-ibu hamil dan anak-anak atau para lansia. 
4.    Sensitive gender
Sudah adanya kesadaran (perubahan minset) tentang perbedaan kondisi atau kebutuhan laki-laki dan perempuan.  menampilkan fakta dan verifikasi dari sudut pandang perempuan secara setara dengan laki-laki atau pun sebaliknya, serta tidak menempatkan keduanya sebagai obyek dan komoditas belaka.
5.    Responsive gender
Sudah adanya “aksi nyata” di lapangan, semua pihak (laki-laki dan perempuan, anak-anak, kelompok rentan) dapat mengakses, berpartisipasi, control dan memanfaatkan kebijakan atau program dan kegiatan yang sesuai dengan permasalahan, kebutuhan, pengalaman, dan aspirasi masing-masing. Contoh perencanaan program dan penyusunan anggaran bidang perumahan dan kawasan permukiman untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan masyarakat miskin dalam akses, partisipasi, control dan manfaat tanpa membedakan kelompok sasarannya pemanfaatnya. 
Ini adalah bentuk-bentuk tingkatan pemahaman masyarakat terhadap gender. Jika dalam pemahaman gender berkaitan dengan hakikat, peran dan relasi telah terbangun dan mencapai tingkat pemahaman yang responsive maka bentuk-bentuk kesenjangan yang selama ini sering terjadi maka dapat di minimalisir bahkan mungkin dapat diperbaiki. 
TUGAS UNTUK PARA SISWA DIBUAT DI BUKU CATATAN BK YAITU :
1. MEMBUAT RANGKUMAN MATERI KESADARAN GENDER ?
2. JELASKAN PERBEDAAN GENDER DAN KODRAT ?
3. JELASKAN APA PENDAPAT KAMU TENTANG TRANSGENDER DAN TRANSEXUAL?

KALAU SUDAH DIKERJAKAN...SILAHKAN KOMENTAR DIKOLOM KOMENTAR DIBAWAH POSTINGAN ARTIKEL INI (GAMBAR PENSIL MIRING WARNA KUNING).
CONTOH KOMENTAR :
PAK IMAN OR MISTER AIMEN SAYA SUDAH BACA DAN BUAT TUGASNYA ( BAMBANG HANDOYO KELAS 8 A)........
SELAMAT BELAJAR JARAK JAUH.....ISTIRAHATKAN MATA ANDA JIKA SUDAH 2 JAM MENATAP LAPTOP/KOMPUTER.
JAGA KESEHATAN....KURANGI AKTIVITAS DILUAR....
SEMOGA SEHAT SELALU.........



28 komentar:

  1. Saya flora kelas 8A absen 13 tugasnya sudah saya kerjakan

    BalasHapus
  2. saya Najla kelas 8A absen 25 tugasnya sudah saya kerjakan

    BalasHapus
  3. Mantap deh......Tolong beritahu yang lain ya

    BalasHapus
  4. Saya Revanza kelas 8B absen 27 tugasnya baru saya baca saja pak,nanti saya kerjakan soalnya capek

    BalasHapus
  5. saya ristya sekar kelas 8a absen 33 tugasnya sudah saya kerjakan

    BalasHapus
  6. saya kanaya kelas 8B absen 17, tugasnya sudah saya kerjakan

    BalasHapus
  7. Saya Ghina kelas 8a absen 15 tugasnya sudah saya kerjakan

    BalasHapus
  8. saya elora kelas 8B absen 14 tugasnya sudah saya kerjakan

    BalasHapus
  9. Saya Adelia Salsabila 8A absen 3 tugasnya sudah saya baca dan kerjakan.

    BalasHapus
  10. Saya Anggi Endang Bustawi 8A absen 8 tugasnya sudah saya kerjakan

    BalasHapus
  11. Saya khalisa Zulfa 8b absen 20 tugasnya sudah saya kerjakan

    BalasHapus
  12. Saya Falencia Ramadhani kelas 8B absen 15 tugasnya sudah saya kerjakan

    BalasHapus
  13. Saya Shantika Ersa Alecya dari kelas 8A absen 35.Tugasnya sudah saya kerjakan

    BalasHapus
  14. Saya Nata Naila Zakya Ramadani kelas VIII A absen 27 sudah membaca dan mengerjakan tugas.

    BalasHapus
  15. Saya Rizki Alif mutaqin kelas 8B absen 28 sudah saya kerjakan tugasnya

    BalasHapus
  16. Saya sharifah hadilia kelas 8B absen 31 sudah saya kerjakan tugasnya.

    BalasHapus
  17. Saya Adel lia putri kelas 8A absen 2 sudah saya kejakan tugasnya

    BalasHapus
  18. Saya Zakii Rizki.T kelas 8B absen 35 sudah saya kerjakan tugasnya

    BalasHapus
  19. Saya Dhifa Briliantika kelas 8b absen 10 sudah saya baca dan mengerjakan tugasnya

    BalasHapus
  20. Saya alpina kelas 8b absen 3,tugasnya sudah saya kerjakan

    BalasHapus
  21. Saya M,tahta ,daffansyah kelas 8A absen 23 ,tugasnya sudah saya kerjakan.


    BalasHapus
  22. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  23. Saya kayla nadzifah zahwa kelas 8b absen 18, tugasnya sudah saya kerjakan

    BalasHapus
  24. MOHON PERHATIANNYA....KOMENTAR GUNAKAN HURUF BALOK/HURUF BESAR SEMUA...TRIMS YA.....ANAK ANAK SMPN 5 MEMANG TOP.....ANTUSIAS DAN LUARBIASA

    BalasHapus
  25. Saya Shofa Azzahra Putri J. Kelas 8b absen 32, tugasnya sudah saya kerjakan

    BalasHapus
  26. Saya Rassyah Ehsan. Kelas 8A absen 30, tugas nya sudah saya kerjakan

    BalasHapus
  27. SAYA AMIRAH RAHMAH W, KELAS 8A ABSEN 07. TUGASNYA SUDAH SAYA KERJAKAN

    BalasHapus

TIPS AMAN SAAT MEMASAK

INFO SAFETY  dari Ex HSE Mgr Pertamina Khusus ibu ibu yang suka memasak, Mohon selalu di ingat, Masih banyak orang yang belum mengetahui. Ma...